Book By Johnson Alvonco

Kepercayaan Diri dan Sikap Tegas Leader

KEPERCAYAAN DIRI DAN SIKAP TEGAS LEADER

Pemimpin dalam menjalan tugas dan tanggungjawabnya sudah dapat dipastikan menghadapi banyak kendala dan masalah dimana pemimpin harus bersikap dan mengambil keputusan agar dalam menjalankan roda kepemimpinannya efisien dan efektif. Kepercayaan diri dan sikap tegas pemimpin mutlak diperlukan untuk menghadapi kendala dan masalah yang dihadapinya saat menjalankan roda kepemimpinnya. Jika pemimpin tidak percaya diri dan memiliki sikap tegas maka sudah dapat dipastikan akan dipermainkan oleh lingkungannya yang akan menyebabkan tujuan organisasi tidak tercapai atau tidak efektif.

Kepercayaan Diri Pemimpin

Mungkin Anda pernah melihat atau mengalami berhadapan langsung dengan pemimpin dengan tanda-tanda perilaku sebagai berikut; tidak mampu bersikap tegas, sulit mengambil keputusan secara cepat dan tepat, atau terlalu mudah mengubah-ubah keputusan tanpa alasan yang jelas, takut mengambil resiko, tidak dapat mengkomunikasikan pikiran-pikirannya secara jelas karena terjebak kegugupan tanpa alasan, bila hal itu terjadi berarti pemimpin tersebut ada masalah dengan kepercayaan dirinya. Tentu akan sangat menggangu sekali proses kepemimpinan organisasi yang menyebabkan ketidakefektifan jalan suatu organisasi.

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri itu juga menunjukan adanya perasaan yakin dan mampu melakukan sesuatu hal. Perasaan yakin atau percaya tersebut karena dilatarbelakangi kelengkapan kepemilikian akan kompetensi yang dibutuhkan, dukungan pengalaman, prestasi sebelumnya, potensi diri aktual, dan harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Manfaat kepercayaan diri, seperti; efektivitas dalam berkomunikasi, antusiasme dalam berinteraksi, ketegasan dalam berkomunikasi dan bersikap, optimis melihat kondisi lingkungan saat ini dan yang akan datang, memiliki kasih sayang yang didasari rasa hormat, kebanggaan akan diri, kematangan emosional, cerdas menangani kritik, kemandirian dalam bertindak, dan sikap-sikap lainnya yang memberikan citra positif kepada orang-orang yang memiliki kepercayaan diri.

Jadi kepercayaan diri sangat diperlukan dan menjadi sarat mutlak bagi pribadi profesional atau pemimpin. Karena dapat dibayangkan jika seseorang professional atau pemimpin tidak memiliki kepercayaan diri dalam menjalankan fungsinya akan membuat organisasi berjalan tidak efektif. Mengingat kepercayaan diri sebagai modal dasar menjalankan kepemimpinan atau profesionalisme maka setiap orang perlu memahami proses membangun kepercayaan diri.

Proses pembentukan kepercayaan diri tidak terjadi tiba-tiba melainkan proses yang dimulai dari sejak dini atau saat pribadi manusia itu pertama kali berinteraksi dengan lingkungannya.
Kepercayan Diri Dalam Berkomunikasi

Ketika berkomunikasi sebenarnya seseorang sedang ‘menjual’ ide atau pendapatnya. Ia tidak hanya bicara, tetapi bagaimana membuat orang lain mau mendengarkan, memercayai, menerima bahkan melakukan apa yang disampaikannya. Namun memang tidak mudah untuk bisa membuat orang lain mau mendengarkan atau bahkan sampai mengikuti apa yang disampaikan. Selain tergantung pada isi pesan itu sendiri – apakah bermanfaat atau relevan dengan kehidupan lawan bicara – dan kemampuan orang itu untuk menciptakan suasana nyaman, hal itu tergantung juga dari cara komunikator menyampaikannya.

Cara komunikator menyampaikan pesan meliputi cara bicara dan juga bahasa tubuhnya. Komunikator yang meyakinkan dalam menyampaikan pesannya, akan memperbesar kemungkinan komunikan untuk mau mendengarkan, memercayai dan melaksanakan pesan yang disampaikan. Sebaliknya apabila seseorang berkomunikasi dengan tidak meyakinkan, mungkin lawan bicaranya malas untuk mendengarkan apalagi memercayai apa yang dikatakannya. Dengan demikian sulit komunikator tersebut untuk memengaruhinya

Kepercayaan diri merupakan hal yang sangat penting dan mutlak diperlukan dalam kehidupan seseorang, termasuk juga dalam berkomunikasi. Tidak semua orang memiliki rasa percaya diri ketika harus berkomunikasi dengan orang lain, bahkan komunikasi interpersonal sekalipun, yang hanya menghadapi satu lawan bicara. Ketika berbicara, suaranya halus bahkan hampir tidak terdengar, datar, tidak ada dinamika atau penekanan-penekanan, gugup dan canggung, suara bergetar dan tidak berani menatap.

Seseorang baru bisa memiliki kepercayaan diri apabila ia memiliki penilaian diri yang positif, sehingga memberikan keyakinan kuat pada kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan atau tindakan-tindakan dalam mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya,termasuk juga untuk berkomunikasi. Kepercayaan diri ini perlu dibangun sehingga komunikasi yang dilakukan dapat berjalan dengan lebih efektif.

Kepercayaan diri dalam berkomunikasi tidak terjadi begitu saja atau terbentuk secara otomatis. Diperlukan proses belajar atau latihan-latihan untuk membentuknya. Selain juga persiapan-persiapan untuk memulai suatu komunikasi. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membentuk kepercayaan diri dalam berkomunikasi.

Miliki pengetahuan dan wawasan. Seseorang akan lebih yakin untuk berbicara ketika ia memiliki pemahaman tentang materi atau hal-hal yang ingin disampaikan serta topik yang terkait dengan itu. Semakin luas wawasan seseorang ia akan lebih siap menghadapi siapapun, tanpa takut tidak bisa menjawab atau kehabisan bahan pembicaraan. Pengetahuan atau wawasan yang luas memungkinkan seseorang untuk berbicara tentang banyak hal, sehingga tidak perlu takut akan kehabisan kata-kata dan tidak bisa mengikuti topik yang disampaikan lawan bicaranya.

Pelajari teknik berkomunikasi yang menarik dan efektif. Karena ketrampilan berkomunikasi tidak terbentuk sesaat, maka perlu bagi seseorang untuk terus mempelajari cara-cara berkomunikasi yang dapat menarik dan memengaruhi lawan bicara. Dengan semakin dimilikinya berbagai teknik berkomunikasi, seseorang dapat menerapkannya sesuai dengan situasi yang dihadapi. Ia menjadi yakin bahwa ia memiliki kemampuan untuk dapat memengaruhi orang lain. Dengan memahami teknik berkomunikasi, ia dapat mengatur bahasa tubuhnya, dapat membangun dan menjaga rapport, dan tahu cara berbicara yang meyakinkan.

Kenali lawan bicara. Dengan memahami lawan bicara yang akan dihadapi, memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan lebih tepat. Ia dapat mengukur kemampuan dirinya, sehingga dapat mempersiapkan materi atau informasi yang akan disampaikan serta menyesuaikannya dengan orang yang akan dihadapinya. Ia juga dapat mengatur strategi atau cara bicara yang tepat, yang dapat memberikan pengaruh terhadap lawan bicaranya.

Berpikir positif tentang diri sendiri. Kepercayaan diri hanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki pemikiran positif tentang dirinya. Ia akan yakin dengan dirinya sendiri, sehingga tidak ada hambatan baginya untuk berkomunikasi dengan siapapun. Penting untuk menemukan kekuatan diri dan menggunakannya untuk hal-hal atau tujuan yang positif. Selain itu seseorang juga perlu menyadari kekurangan atau kelemahan yang dimilikinya. Namun hal itu bukan sebagai fokus atau menjadi permakluman bagi orang lain, karena akan melemahkan kepercayaan diri. Sebaliknya fokuslah pada upaya untuk memperbaiki kekurangan diri, sehingga dari waktu ke waktu dapat memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas diri, dan pada akhirnya kepercayaan diri akan meningkat.

Kenali situasi. Seseorang yang mengenali situasi di mana komunikasi akan terjadi akan membuat ia lebih siap untuk berkomunikasi. Situasi informal tentunya membutuhkan persiapan yang relatif lebih sedikit atau lebih ringan. Sebaliknya situasi formal, sekalipun komunikasi yang dilakukan bersifat interpersonal atau individu dengan individu, tentunya membutuhkan persiapan yang lebih serius.
Sikap Tegas Dalam Berkomunikasi

Pernahkah Anda mengalami situasi di mana Anda tidak bisa menolak permintaan orang lain? Atau, pada saat tidak setuju dengan pendapat orang lain, tidak berani mengungkapkan pendapat sendiri? Atau, tidak senang dengan cara orang lain memperlakukan Anda tetapi tidak mau mengungkapkannya dan memilih untuk diam walaupun dalam hati kesal?

Kalau Anda pernah mengalami hal-hal tersebut, Anda tidak sendiri. Banyak orang juga mengalami situasi seperti itu. Memilih untuk diam dan tidak menyatakan apa yang sebenarnya ingin diungkapkan. Banyak alasan mengapa hal itu dilakukan. BIsa karena ingin menghindari konflik atau masalah, ingin menjaga hubungan tetap baik-baik saja, tidak nyaman melakukannya atau memang tidak berani melakukannya.

Bila hal itu terus terjadi tentu saja hal itu merugikan diri sendiri. Yang pasti Anda akan tertekan, karena apa yang Anda inginkan tidak bisa dilakukan. Bisa jadi pada akhirnya Anda tidak akan dihargai oleh orang lain karena dianggap sebagai anggota ABS (asal bapak senang), yang selalu menurut dan mudah dikendalikan.

Sikap asertif atau tegas sangatlah diperlukan dalam komunikasi. Asertif atau tegas berarti mampu untuk menyampaikan pikiran, perasaan atau keyakinan secara terbuka dan jujur dengan cara-cara yang dapat diterima oleh orang lain. Seorang yang asertif akan berani untuk menyampaikan pendapat atau isi pikirannya tanpa ada kekhawatiran bahwa apa yang ia sampaikan tidak akan diterima oleh orang lain atau akan direndahkan oleh orang lain atau menimbulkan pertentangan/permusuhan berkepanjangan. Sekalipun harus berbeda pendapat, ia mampu untuk mengelola perbedaan itu dan melihatnya sebagai suatu dinamika karena memang setiap orang pasti memiliki sudut pandang dan pendapat yang berbeda.

Bedakan antara tegas dan galak atau asertif dengan agresif. Sikap asertif tidak sekedar mengemukakan pendapat atau perasaannya, tetapi ia tahu cara penyampaian yang tepat yang dapat diterima oleh orang lain, yang tidak membuat orang lain marah atau tersinggung. Mungkin pesan atau apa yang disampaikan tidak selalu bisa diterima orang lain, namun ia dapat memilih kata-kata dan cara yang tepat sehingga sekalipun tidak sejalan dengan orang lain tidak sampai menimbulkan konflik panjang. Hanya berbeda pada saat itu dan setelah itu tidak mempengaruhi hubungan yang terjadi. Pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi merasa senang dan tidak ada pihak yang merasa tertekan (kondisi win – win).

Seperti halnya dengan asertif, agresif juga ditunjukkan dengan keberanian mengungkapkan pikiran, pendapat atau perasaan. Namun perbedaannya, komunikasi secara agresif tidak mempertimbangkan apakah caranya bisa diterima oleh lawan bicara. Biasanya memaksa, tidak peduli orang lain dan tidak mau mendengarkan orang lain bicara. Yang penting ia bicara dan sudah mengungkapkan apa yang menjadi isi pikiran atau perasaannya. Orang lain bisa terima caranya atau tidak, itu bukan urusannya. Oleh karena itu, gaya komunikasi agresif ini seringkali menimbulkan konflik. Atau kalaupun tidak terjadi konflik, karena yang dihadapi adalah orang yang pasif (selalu “iya, iya”), tetapi tidak menciptakan situasi menyenangkan bagi lawan bicaranya. Atau bisa dikatakan situasinya win – lose. Biasanya komunikasi interpersonal yang terjalin pun tidak akan intens dan tidak jangka panjang.

Sebaliknya dengan gaya komunikasi pasif yang selalu tunduk, menurut, kalah dan lebih banyak diam, tidak berani mengungkapkan pikiran ataupun perasaannya, sekalipun tidak sejalan. Posisinya lemah dan kemungkinan akan kurang mendapat penghargaan dari orang lain (posisi lose) dan menempatkan diri lebih rendah dari lawan bicaranya. Ketika berbicara bahasa tubuh tertutup, tidak berani kontak mata, banyak mengatakann kata “maaf”. Sementara itu orang lain merasa lebih mempunyai kuasa dan dapat mengatur atau mengendalikannya (posisi win). Situasinya tentu saja membuat diri sendiri lemah dan tertekan, sementara orang lain sebagai pihak yang lebih berkuasa (situasi lose – win).

Dari penjelasan di atas, kita melihat peranan penting sikap asertif dalam komunikasi. Perlu bagi setiap orang untuk mengembangkan gaya asertif dalam berkomunikasi agar menciptakan situasi yang menyenangkan bagi semua pihak yang terlibat. Komunikasi dengan gaya asertif ditunjukkan dengan perilaku sebagai berikut:

• Berbicara dengan jelas dan meyakinkan
• Bisa mengekspresikan pikiran dan perasaannya dengan terbuka
• Menggunakan kata-kata yang tepat sehingga menunjukkan sikap menghormati lawan bicara tanpa melihat statusnya dan menjaga agar tidak menyinggung perasaannya, dengan tetap menjaga agar diri sendiri juga dihargai lawan bicaranya
• Menampilkan emosi positif: senang, antusias, ekspresif dalam berkomunikasi, dengan tetap dapat mengendalikan dirinya dan tidak mudah terpancing pada situasi sesaat yang ditemuinya
• Menunjukkan bahasa tubuh yang terbuka dan rileks
• Menunjukkan sopan santun atau tata krama dalam berbicara yang membuat lawan bicara merasa senang dan nyaman

Kunci untuk dapat berkomunikasi secara asertif adalah dimilikinya kepercayaan diri. Hanya orang yang percaya diri yang dapat berbicara dengan berani dan meyakinkan. Oleh karenanya untuk dapat memiliki kemampuan berbicara secara asertif, seseorang perlu mengembangkan kepercayaan dirinya. Tentu saja tidak cukup hanya percaya diri, tetapi perlu juga diimbangi dengan sikap saling menghargai. Dengan demikian ia dapat mengekspresikan pikiran maupun perasaannya dengan tetap menjaga perasaan dan harga diri orang lain, serta tetap dihargai oleh orang lain.

 

Print Friendly, PDF & Email

<
<
<
<

JADWAL FIXED TRAINING







VIDEO JOHNSON